Dr. H. Kusnadi

From WikiMu
Jump to navigation Jump to search
dr. H. Kusnadi

Sejak kecil, telah aktif di Kepanduan Hizbul Wathan di Bondowoso, pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Putra dari tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bondowoso ini begitu mencintai kepanduan Hizbul Wathan. Buah dari kecintaannya terhadap kegiatan kepanduan Hizbul Wathan tersebut, membuat seorang jaksa di Bondowoso, bernama Muhammad Asrah, tergerak memberikan sponsor kepada Kusnadi kecil untuk dapat bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS, sekolah dasar Belanda untuk bumiputera). Pada masa itu, jika tidak ada sponsor dari pemerintah atau pejabat pemerintah, seorang anak pribumi biasa tidak akan dapat bersekolah di sekolah negeri.

Selepas dari belajar di HIS, Kusnadi kembali mendapatkan sponsor dari Jaksa Muhammad Asrah untuk melanjutkan studi pendidikan dokter di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang dulu dikenal dengan sebutan Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS). Lulus dari pendidikan dokter di Unair, dr. Kusnadi ditugaskan di kabupaten Lumajang. Beberapa tahun kemudian beliau pindah ke Bondowoso bekerja sebagai dokter kabupaten. Tidak lama berselang, dr. Kusnadi diangkat menjadi dokter Karesidenan Besuki. Kegigihannya bekerja mengantarkannya mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi spesialis penyakit dalam, khususnya ilmu penyakit paru-paru. Telah menjadi cita-citanya sejak lama untuk menjadi ahli spesialis penyakit paru-paru karena termotivasi oleh ibunya yang meninggal akibat penyakit paru-paru.

Sebelum hijrah ke Jakarta, dr. Kusnadi aktif dalam kegiatan dakwah Muhammadiyah di Bondowoso. DI sana, beliau sangat gigih mencari sponsor untuk pendirian SMP Muhammadiyah. Aktivitasnya di Muhammadiyah di Bondowoso membuat dr. Kusnadi berkesempatan menghadiri Congres Muhammadiyah yang secara periodik diselenggarakan.

Setelah hijrah ke Jakarta, dr. Kusnadi melanjutkan aktivitasnya di persyarikatan Muhammadiyah. Ia memiliki gagasan untuk mendirikan sebuah rumah sakit Islam di ibu kota, yakni Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih (RSIJ CP). Dokter Kusnadi berfikir bahwa perlu ada sebuah rumah sakit yang bernafaskan Islam di Ibukota. Bersama rekannya, Ir Sanusi dan Mahmud, dr. Kusnadi mencoba mengusulkan pendirian rumah sakit Islam kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Singkat cerita, dr. Kusnadi akhirnya mampu meyakinkan pihak-pihak terkait untuk ikut mendukung rencana pendirian rumah sakit tersebut.

Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul tentang pendirian rumah sakit tersebut serta pemenuhan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, pada tanggal 18 April 1967 berdasarkan Akte Notaris No. 36 tahun 1967 dari Notaris R. Surojo Wongsowidjojo, berdirilah Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang dipimpin langsung oleh dr. Kusnadi. Selain merintis dan mengembangkan RSIJ Cempaka Putih, dr Kusnadi juga dikenal sebagai pegiat berbagai organisasi. Dokter Kusnadi dikenal aktif di Partai Masyumi, merintis dan menjadi pengurus Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah, perintis Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), perintis Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI), dan beberapa organisasi lain. Dokter Kusnadi berperan besar dalam pendirian 200 rumah bersalin di Indonesia.

Berkat lobby dan pendekatan yang dilakukan dr Kusnadi dengan pemerintah, Binroh RSIJ Cempaka Putih kerap mendapatkan kepercayaan untuk membimbing calon jamaah haji Indonesia. Perolehan SHU dari pembinaan calon jamaah haji itu digunakan dr Kusnadi untuk membesarkan RSIJ, dan juga melahirkan rumah sakit lainnya, seperti Rumah Sakit di Pemalang, Samarinda, dan daerah lainnya.

Sementara, guna terciptanya regenerasi dalam kepengurusan RSIJ dan juga memunculkan kader-kader Muhammadiyah dalam bidang kesehatan, dr. H. Kusnadi kerap mengajak dokter-dokter muda RSIJ untuk turut aktif mengikuti rapat-rapat Majelis PKU dan juga dengan pihak eksternal, salah satunya dengan BKKBN. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit, dr. Kusnadi sering mengirimkan dokter-dokter muda ke luar negeri, untuk belajar tata kelola rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan manajemen rumah sakit dan sosial kemasyarakatan.

Di penghujung hidupnya, dr. H. Kusnadi meminta kepada anak-anaknya untuk aktif dan menghidup-hidupi Muhammadiyah. Selain itu, dr. H. Kusnadi juga berpesan bahwa beliau mengihlaskan perjuangannya dalam merintis berdirinya RSIJ sebagai amal usaha milik Muhammadiyah. Kalimat terakhir yang muncul dari dr. H. Kusnadi ialah “Kutitipkan Rumah Sakit Muhammadiyah Ini”, pesan ini beliau sampaikan kepada dokter-dokter muda RSIJ.

Sementara itu, nun jauh di kampung kelahirannya Bondowoso, Jawa Timur, untuk mengenang jasa-jasa pengabdiannya selama bertugas menjadi dokter di sana, namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah, yakni RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso, ditulis dalam ejaan lama.